Kamis, 28 Februari 2008

Fenomena Ayat-Ayat Cinta

Dunia perfilman kita punya ikon baru yang fenomenal. Dua juta penonton dalam waktu hanya dua pekan mampu disedot sebuah film berjudul Ayat-Ayat Cinta. Sejatinya, karya sutradara Hanung Bramantyo ini hanya film roman cinta biasa yang dibalut latar belakang Kota Kairo di Mesir. Sebuah film yang berpusat pada Fahri, sosok laki-laki sempurna yang diperebutkan cintanya oleh empat perempuan.

Namun, jauh sebelum film ini dirilis, novel berjudul sama karangan Habiburrahman El Shirazy sudah lebih dulu menghipnotis banyak pembaca. Jika filmnya sudah ditonton dua juta pasang mata, maka novel Ayat-Ayat Cinta sudah dicetak ulang delapan kali. Jumlah yang terjual tak tanggung-tanggung, hampir setengah juta kopi [baca: Syiar Agama Lewat Ayat-Ayat Cinta]. Jadi, sebenarnya sudah bisa ditebak ketika cerita dalam novel ini diangkat ke layar lebar, penonton pun akan memenuhi gedung bioskop.

Namun, Manoj Punjabi selaku produser, sejak awal mengaku tidak terpengaruh soal predikat best seller novel ini. "Saya ingin membuat sesuatu yang beda," tegas Manoj. Jika selama ini dunia layar lebar dipenuhi film bertema cinta dan horor, setelah membaca novelnya Manoj tertarik untuk menghadirkan film bertema religi. "Target saya [penonton film ini] tujuh juta," ujar Manoj optimistis.

Hampir senada dengan Manoj, sutradara Hanung Bramantyo ingin menyampaikan beberapa hal melalui film ini. Pertama, Islam bukan teroris. Kedua, Islam adalah agama yang lebih mengedepankan cinta, toleransi, sabar, dan ikhlas. Yang melihat Ayat-Ayat Cinta dengan cara berbeda adalah kritikus Eric Sasono. Menurutnya, film ini tak lebih dari film romance. "Semuanya hanya berurusan dengan perempuan mana yang akan dia [Fahri] nikahi," jelas Eric.

Di luar semua itu, juga ada cerita menarik di balik lahirnya film ini. Charissa Putri, misalnya, sejak awal diplot untuk memainkan karakter Aisha, kendati kemudian sukses memerankan sosok Maria. "Padahal waktu pertama casting, saya sudah pesimis karena berat banget," tutur Charissa. (ADO)

Senin, 11 Februari 2008

Ayat-Ayat Cinta Pecahkan Rekor

Jakarta: Ayat-Ayat Cinta. Tiga kata ini seakan mantra untuk menarik siapa saja. Seperti hendak mengulang kesuksesan novel berjudul sama karya Habiburrahman El Shirazy yang telah terjual 400 ribu eksemplar, film Ayat-Ayat Cinta dikabarkan telah ditonton sekitar 2 juta orang. Padahal film besutan Hanung Bramantyo ini baru sepekan diputar di bioskop.

Daya tarik kisah Ayat-Ayat Cinta berpusar pada kompleksitas hubungan cinta antara seorang laki-laki dengan empat perempuan. Fahri, pelajar Indonesia yang sedang menimba ilmu di Universitas Al Azhar Mesir. Aishah, gadis keturunan Jerman-Turki, Maria, perempuan Mesir muda pemeluk Kristen Koptik. Nurul, pelajar Indonesia anak kiai ternama. Dan, Noura, gadis Mesir yang menjadi korban kesewenangan keluarga.

Kompleksitas cerita dibangun dengan menyuguhkan keikhlasan Aisyah yang meminta Fahri mengawini Maria demi keutuhan rumah tangga mereka meski harus berperang dengan perasannya. Jalinan cinta bertumpang tindih di antara eksotisme Mesir. Melalui film ini pula, pesan keagamaan bisa disampaikan dengan lugas.

Mungkin itulah daya tarik dari film ini. Yang pasti, rekor baru telah pecah. Selama ini belum pernah ada film nasional dengan jumlah penonton melebihi Ayat-Ayat Cinta. Fenomena apa ini? Dahaga menenggak karya bermutu atau sekadar memanfaatkan momen semata?(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)